Marc & Angel (2007) mengemukakan bahwa kedewasaan seseorang bukanlah terletak pada ukuran usianya, tetapi justru pada sejauhmana tingkat kematangan emosional yang dimilikinya. Berikut ini pemikirannya tentang ciri-ciri atau karakteristik kedewasaan seseorang yang sesungguhnya dilihat dari kematangan emosionalnya.
Tumbuhnya kesadaran bahwa kematangan bukanlah suatu keadaan tetapi merupakan sebuah proses berkelanjutan dan secara terus menerus berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan diri.
Memiliki kemampuan mengelola diri dari perasaan cemburu dan iri hati.
Memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan mengevaluasi dari sudut pandang orang lain.
Memiliki kemampuan memelihara kesabaran dan fleksibilitas dalam kehidupan sehari-hari.
Memiliki kemampuan menerima fakta bahwa seseorang tidak selamanya dapat menjadi pemenang dan mau belajar dari berbagai kesalahan dan kekeliruan atas berbagai hasil yang telah dicapai.
Tidak berusaha menganalisis secara berlebihan atas hasil-hasil negatif yang diperolehnya, tetapi justru dapat memandangnya sebagai hal yang positif tentang keberadaan dirinya.
Memiliki kemampuan membedakan antara pengambilan keputusan rasional dengan dorongan emosionalnya (emotional impulse).
Memahami bahwa tidak akan ada kecakapan atau kemampuan tanpa adanya tindakan persiapan.
Memiliki kemampuan mengelola kesabaran dan kemarahan.
Memiliki kemampuan menjaga perasaan orang lain dalam benaknya dan berusaha membatasi sikap egois.
Memiliki kemampuan membedakan antara kebutuhan (needs) dengan keinginan (wants).
Memiliki kemampuan menampilkan keyakinan diri tanpa menunjukkan sikap arogan (sombong).
Memiliki kemampuan mengatasi setiap tekanan (pressure) dengan penuh kesabaran.
Berusaha memperoleh kepemilikan (ownership) dan bertanggungjawab atas setiap tindakan pribadi.
Mengelola ketakutan diri (manages personal fears)
Dapat melihat berbagai “bayangan abu-abu” diantara ekstrem hitam dan putih dalam setiap situasi.
Memiliki kemampuan menerima umpan balik negatif sebagai alat untuk perbaikan diri.
Memiliki kesadaran akan ketidakamanan diri dan harga diri.
Memiliki kemampuan memisahkan perasaan cinta dengan berahi sesaat.
Memahami bahwa komunikasi terbuka adalah kunci kemajuan.
Sumber dan terjemahan bebas dari:
http://www.marcandangel.com/2007/08/17/what-is-adulthood-20-defining-characteristics-of-a-true-adult/
23Okt2009 Filed under: Refleksi Author: Sarah
Pernah ga ketemu dengan orang yang udah tua tapi sikapnya masih kaya anak kecil, childish, n sama sekali jauh dari sikap yang bijaksana, dan sebaliknya ada anak yang usianya masih relatif muda tapi sudah punya sikap yang bijak dan dewasa. Ini menunjukkan bahwa usia seseorang ga pernah menjamin sikap ataupun tindak tanduk dalam kesehariannya.
Sikap dewasa merupakan sesuatu yang perlu ditekankan dalam menghadapi sebuah masalah. Kita tahu bahwa sikap yang kekanak-kanakan justru dapat membuat sebuah masalah menjadi bertambah karena sikap yang diambil akan mempersulit masalah. Tetapi sikap yang dewasa dan bijaksana Insya Alloh membuat urusan bisa teratasi dengan baik.
Minimal ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh kita untuk bisa belajar bersikap dewasa :
1. Tidak Emosional atau Tergesa-gesa. Sikap tenang dan tidak emosional dibutuhkan baik ketika berkomentar, mengambil sikap, ataupun ketika menentukan sebuah keputusan. Karena andaikata tergesa-gesa biasanya keputusan yang diambil kurang tepat.Apalagi bila kurang ditunjang oleh data dan fakta yang akurat. Dan permasalahan akan bertambah jika disikapi pula dengan sikap yang emosional. Oleh karena itu kita harus latihan untuk bisa meredam sikap yang emosional.
2. Berlatih Untuk Bijak. Kadang kala kita bisa mengambil keputusan atau sikap yang memang menyelesaikan sebuah masalah tetapi kadang kala dengan sikap yang kita pilih tersebut, ternyata ada pihak yang merasa terluka. Seharusnya jika kita ingin menasehati orang lain sebaiknya jangan sampai orang lain merasa digurui; kita menang tanpa orang lain merasa dikalahkan dan kita sukses tanpa orang lain merasa terdzolimi. Kita harus melatih diri sekuat tenaga untuk bisa merubah sesuatu tanpa kita merasa berjasa, atau orang lain merasa lebih rendah dan hina. Untuk bersikap seperti ini kita perlu berlatih untuk tidak menonjolkan diri seakan-akan kitalah yang paling bisa, paling pandai, paling mulia, paling berjasa. Karena semakin sering kita menonjolkan diri justru itulah sifat yang kekanak-kanakkan.
3. Semakin memperbaiki isi daripada topeng. Orang yang senang memamerkan topeng adalah salah satu sikap yang kekanak-kanakkan. Untuk itulah kita harus lebih senang meningkatkan kualitas kepribadian, kualitas keimanan, kualitas keilmuan dan wawasan, kualitas akhlak dan keikhlasan dibandingkan hanya sibuk memperbaiki kualitas rumah, kualitas baju ,dan kendaraan, dan kualitas blog (hehehehe….). Memang manusia tidak dilarang untuk memiliki dunia tetapi kalau hanya sibuk dengan dunia sedangkan dirinya terabaikan maka itulah yang akan menimbulkan masalah. Yang akan terjadi adalah dirinya akan semakin sibuk bersembunyi dibalik topeng karena takut kehilangan topengnya, akibatnya dia menjadi orang yang tidak jujur terhadap diri sendiri karena merasa pujian terhadap topeng adalah pujian terhadap dirinya dan orang yang bersandar biasanya selalu takut kehilangan tempatnya bersandar.
Semoga kita dapat menikmati proses pendewasaan sikap dan kematangan kepribadian lewat aneka kejadian yang menimpa diri kita masing-masing sehingga Insya Alloh mudah-mudahan selain bertambah umur bertambah juga kedewasaan dan kearifan kita dalam bersikap.
Wallahu a’lam.
ARTI SEBUAH KEDAWASAAN dalam
HIDUP RUMAH TANGGA
Rumah tangga dalam agama Islam diibaratkan sebagai satu tubuh dengan
beberapa anggota tubuh lainnya yang saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lainnya. Tak ubahnya dalam hidup berumah tangga, maka antara
para anggota rumah tangga yang satu dengan yang lainnya merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi antara yang satu
dengan yang lainnya serta saling berhubungan sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya masing-masing. Kerukunan, kasih sayang dan saling pengertian
antara yang satu dengan yang lainnya harus selalu di bina. Setiap anngota
rumah tangga haruslah mengerti tentang hal seperti ini. Dengan demikian
antara sesama mereka akan saling memahami kewajiban dan dan tanggung jawab
yang harus dilaksanakan bersama-sama.
Seorang suami merupakan inti pokok anggota rumah tangga yang paling
bertanggung jawab, dan kemudian disusul oleh istri sebagai pendamping suami.
Oleh sebab itu dua sejoli dalam hidup berumah tangga haruslah memiliki sifat
kedewasaan dan mandiri.
Adapun ukuran kedewasaan yang dapat dilihat dari seseorang, menurut Dr.
Harold Shyrock dari Amerika Serikat, ada lima faktor yang dapat menunjukkan
kedewasaan adalah sebagai berikut :
1. Fisik
Secara fisik usia, rangka tubuh, tinggi dan lebarnya tubuh seseorang dapat
menunjukkan sifat kedewasaan pada diri seseorang. Faktor-faktor ini memang
biasa digunakan sebagai ukuran kedewasaan. Akan tetapi segi fisik saja belum
dapat menjamin ketepatan bagi seseorang untuk dapat dikatakan telah dewasa.
Sebab banyak orang yang sudah cukup usia dan kelihatan dewasa akan tetapi
ternyata dia masih sering memperlihatkan sifat kekanak-kanakannya. Oleh
sebab itu dalam menentukan tingkat kedewasaan seseorang dari segi fisiknya
harus pula dengan mengetahui : " Apakah dia dapat menentukan sendiri setiap
persoalan yang dia hadapi, dan apakah ia telah dapat membedakan baik
buruknya serta manfaat dan ruginya sebuah permasalahan hidup. Selain itu
juga adanya kepercayaan pada diri sendiri dan tidak bergantung kepada orang
lain, tidak cepat naik pitan dan marah, serta tidak menggerutu disaat
menderita dan menerima cobaan dari Tuhan, sehingga nantinya ia dapat dilihat
bagaimana tingkat kedewasaan seseorang tersebut dalam mengatasi semua
persoalan hidup yang dia alami.
2. Kemampuan Mental
Dari segi mental atau rohani kedewasaan seseorang dapat dilihat. Orang yang
telah dewasa dalam cara berfikir dan tindaknnya berbeda dengan orang yang
masih kekanak-kanakan sifatnya. Dapat berfikir secara logis, pandai
mempertimbangkan segala sesuatu dengan adil, terbuka dan dapat menilai semua
pengalaman hidup adalah merupakan salah satu ciri-ciri kedewasaan pada diri
seseorang.
Berbagai persoalan hidup ini dapat diatasi bila ada kemampuan mental dalam
dirinya. Dan kemampuan mental ini dapat diusahakan perkembangannya bila
orang (calon suami dan istri) tidak menutup diru dari kemajuan zaman. Selain
itu sering membaca buku-buku atau surat kabar dan majalah adalah cara yang
baik untuk memupuk perkembangan mental dalam diri seseorang.
Sikap kedewasaan yang sempurna itu jika ada keserasian antara perkembangan
fisik dan mentalnya.
3. Pertumbuhan Sosial
Sifat kedewasaan seseorang dapat dilihat dari pertumbuhan sosialnya.
Peertumbuhan sosial adalah suatu kepahaman tentang bagaimana dia menyayangi
pergaulan, bagaimana dia bisa memahami tentang bagaimana watak dan
kepribadian seseorang dan bagaimana cara dia mampu membuat dirinya agar
disukai oleh orang lain didalam pergaulannya.
Perasaan simpatik kepada orang lain dan bahkan terhadap seseorang atau
hal-hal yang paling tidak ia sukai sekalipun merupakan ciri kedewasaan
secara sosial. Orang yang dapat berbuat seperti itu dia pasti pandai
menguasai keadaan meskipun terhadap orang yang berlaku tidak baik terhadap
dirinya meskipun untuk hal yang paling menyakitkan dalam hatinya sekalipun.
4. Emosi
Emosi sangat erat hubungannya dengan segala aspek kehidupan manusia,
termasuk kehidupan yang menyangkut sendi-sendi dalam kehidupan berumah
tangga. Emosi adalah keadaan batin manusia yang berhubungan erat dengan rasa
senang, sedih, gembira, kasih sayang, benci dan lain sebagainya. Kedewasaan
seseorang itu dapat dilihat dari cara seseorang dalam mengendalikan emosi
ini. Jika orang pandai mengendalikan emosinya maka berarti semua tindakan
yang dilakukannya bukan hanya mengandalkan dorongan nafsu, melainkan dia
telah menggunakan akalnya juga. Menyalurkan emosi dengan dikendalikan oleh
akal dan pertimbangan sehat akan dapat melahirkan sebuah tindakan yang telah
dewasa, dan yang tetap akan berada didalam peraturan dan norma-norma yang
berlaku didalam agama.
Emosi dapat dikendalikan jika dilatih dari hari ke hari. Emosi ini tidak
dapat diperoleh secara sekonyong-konyong. Kesungguhan dan kesanggupan
seseorang untuk mengendalikan emosi harus sudah dilatih semenjak lama.
Orang yang telah dapat menguasai dan mengendalikan emosinya dengan disertai
oleh kemampuan mental yang cukup dewasa, dia pasti dapat mengendalikan
dirinya menuju kehidupan yang bahagia dikarenakan selalu bersifat terbuka
dalam menghadapi berbagai kenyataan-kenyataan hidup, tabah didalam
menghadapi setiap kesulitan dan persoalan hidup dan dapat merasa puas dan
sanggup menerima segala sesuatunya dengan lapang dada.
5. Pertumbuhan Spiritual dan Moral
Faktor kelima yang dapat dijadikan pedoman bahwa seseorang tersebut telah
dewasa adalah dengan melihat dari pertumbuhan spiritual dan moralnya. Kemana
tangan spiritual dan moral bagi seseorang yang mendorong dia untuk mengasihi
dan melayani orang lain dengan baik. Oleh sebab itu pertumbuhan ini harus
sudah dimulai sejak awal dan diperkembangkan untuk dapat menghayati Rachmad
Allah SWT. Sehingga dengan demikian orang tersebut bisa dikatan sebagai
orang yang pandai mensyukuri nikmad-Nya
Seseorang yang telah berkembang pertumbuhan moral dan spiritualnya akan
lebih pandai dan lebih tenang didalam menghadapi berbagai kesulitan dan
persoalan hidup yang menima pada dirinya, sebab dengan demikian segalanya
akan dipasrahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan disertai ikhtiar
menurut kemampuannya sendiri.
Selain dari semua ciri kedewasaan tersebut diatas ada satu hal yang harus
disanggupi dan merupakan kesungguhan seseorang dalam menghadapi realita
kehidupan itu yang merupakan salah satu ciri kedewasaan yang harus dipupuk,
dikembangkan, dilatih dan dipelihara dari hari kehari.
Wassalamu'alaikum. Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar